Selasa, 20 Februari 2018

Headset Itu.. Kayaknya Penting Engga Penting

headset keenion 

Speaker telinga alias headset adalah perangkat elektronik yang penting ga penting. Dibilang penting ya buat dengerin musik atau yang lain-lain semisal bergosip tanpa kedengeran tetangga. Dibilang ga penting ya karena kita bukan DJ (demen joged/dagang jemuran) wekekekekekeke... headset berbeda dengan earpiece. Headset itu kayak bando di kepala dan bisa dibuat gaya dengan disangkutin di leher. Earpiece itu dicolokin ke lubang kuping. Tapi dua-duanya sama-sama earphone yang berfungsi mendegarkan audio atau suara.

Headset biasanya mahal-mahal sampe puluhan juta Rupiah dan bentuknya gede. Jadi suka ga muat kalau dimasukin tas apalagi kantong celana jeans yang ketat ngepres kayak lontong. Kalau earphone atau earpiece enak bisa dimasukin kantong dan harganya juga ada yang mahal hingga jutaan Rupiah.

Nah jadi ceritanya begini, saya terbiasa mengetik dengan komputer baik itu PC ataupun laptop sambil dengerin musik. Banyak juga kan yang melakukan kebiasaan itu? Ternyata ada orang ataupun ruang yang engga bisa seenaknya nyetel musik keras-keras. Di situlah gunanya headset, jadi ya Anda dengerin sendiri deh lagu atau audio yang mau didenger tanpa mengganggu orang laen. Sekian..

Hahaha enggak denk, blognya belum kelar. Ya saya beli headset yang murah karena itu tadi penting ga penting. Jadinya saya coba cari headset murah secara online alias beol (belanja online). Saya pilih range harga di bawah Rp 100 ribu dan kalau perlu di bawah 50 ribu, tapi ga ada. Ketemulah merek Keenion dengan tipe KOS-0015. Di Tokopedia, harganya Rp 57 ribu belum sama ongkos kirim. Saya pikir lumayan lah dicoba, toh masih di bawah Rp 100 ribu. Saya order dan tiba-tiba tring..!! barangnya ada di tangan saya. (Lebay)
keenion dengan bungkusnya

Packing
Bungkusnya meyakinkan dan nampak serius. Plastik bening yang agak tebal, anti air, dan sepertinya anti udara juga biar engga melempem kayak rengginang kelamaan di luar toples. Masuk angin. Tinggal dikerokin. (SKIP). Berdasarkan review di situs jual beli online tadi, pada bilang bagus, dan build quality-nya lumayan. Ya saya ikutan terjerumus beli. Apalagi yang saya pentingin adalah panjang kabelnya 2,1 meter. Saya bisa dengerin musik di alpamart, laptopnya di indomart.

Di bungkus bagian depan ada tulisan extra bass yang bukan basso kuah. Embel-embel Extra Bass praktis membuat saya semakin penasaran dengan kualitas dentuman bass-nya si Keni. Terus ada pula gambar mas-mas gondrong make headset yang kelihatan seneng. Namanya juga akting buat difoto. Jadi ya gayanya begitu deh. Lanjuuuutt...
gambar dari Google
Yang saya suka dari Keenion ini adalah adanya microphone yang kayak pilot-pilot helikopter film perang. Jadi sambil ngetik di MS Word, kita bisa denger musik di winamp, quicktime, windows media player, 3gp player, dan ngomong entah sama siapa melalui microphone itu Halo Halo.... awas microphone jangan dimakan! Kabelnya ada dua dengan ukuran jack 3,5mm atau universal untuk dicolok di mata eh di CPU belakang atau di laptop dan bisa juga di hidung tetangga karena ada dua colokannya.

Kualitas Suara
Jreeengg... kualitas suara dari headset Keenion yang saya beli ini luar biasa sangat amat.. lumayan. Bassnya lumayan, treblenya (bunyi gemericik) lumayan, dan stereonya juga berjalan sesuai harga. Kalau ada yang penasaran Keenion buatan mana, saya juga engga tahu.

Untuk kualitas microphone juga oke punya, tapi kayaknya ada yang aneh deh. Saya video call sekaligus voice chat dengan rekan saya di luar negeri yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Saya sapa dia dengan microphone "Hi Apa Kabar?" dia kemudian menjawab "Hi" sambil nyengir. Oh iya temen saya ini cowok namanya Matt. Asli cuma temen aja tidak lebih. Dulu pernah se-kantor bersama dan berteman biasa saja.

Lalu saya ajak ngobrol, "Gimana kabar lo Matt? lo sekarang gempal banget dan rambutnya gundul. Lo sakit ya Matt?" Temen saya si Matt mengernyitkan dahi dan berkata "What? I don't understand." Saya jadi bingung, apakah microphone ini bekerja atau tidak, yang jelas Matt tidak mengerti yang saya bicarakan. Aneh. Tapi yasudahlah, mungkin microphone saya terlalu canggih buat Matt, atau internet di tempat Matt berada di Seattle, AS lagi lemot. Karena saya sangat percaya diri memakai WiFi tethering dari hape dengan kuota paling murah agar bijak berinternet.

Busa di bagian telinga kaku tapi lembut, tidak melukai daun telinga. Kekedapannya lumayan, lalu di bagian bando yang nempel di kepala juga busanya lembut. Kelihatan mahal. Apalagi ada tonjolan (dial) pengatur volume di kabelnya. Keren, kelihatan mahal lagi deh.
tonjolan pengatur volume 

Buat dengerin lagu bergenre EDM lumayan lah bassnya. EDM itu kependekan dari Enak Deh Musiknya. Terus buat dengerin lagu rock juga "kebaca" nada-nadanya dalam artian suara gitar kedengeran suara vokal juga masuk ke telinga. Jadi kesimpulannya, headset Keenion KOS-0015 ini boleh dibeli kalau berpaham seperti saya tadi bilang penting ga penting. Apalagi di tanggal tua. Buat gaya oke, buat kenyamanan dipakai lama juga oke menurut saya. Suara ya lumayan untuk ukuran harga segitu.

Oh iya busa bagian earpad bisa dipanjangin dan dipendekin. Jadi buat masbro dan mbaksis yang pake ini headset dengan topi atau kepalanya panjang, bisa di-adjust alias disesuaikan kok antara posisi telinga dengan busa speakernya si headset ini. Sekian dari pengalaman saya yang bisa saya bagi, semoga berguna. Makasih udah sempetin baca tulisan saya. Peace (Bonijaka)

Oh Begini Rasanya Naik KRL Commuter Line

Apa kabar masbro dan mbaksis? semoga semuanya dalam keadaan sehat dan gembira. Gini nih, Senin (19/02/2018) kemarin, saya untuk kali pertama naik KRL Commuter Line! Haha norak dan ga zaman now banget sih, maklum untuk aktivitas sehari-hari selalu mengendarai sepeda motor yang menurut saya irit BBM, cepat, praktis dan murah ongkosnya. Namun kali ini saya diajak ibu dan pasangan saya ke Jatinegara, Jakarta Timur naik kereta. Saya langsung mengiyakan karena untuk nambah pengalaman dan perasaan naik kereta tanpa api yang engga berbunyi tut tut tut.

sumber gambar: Google
Saya berangkat dari rumah dengan sepeda motor ke Stasiun Rawabuntu di daerah deket Serpong, Tangerang. Ada tempat penitipan alias parkir motor seharian Rp 5000 yang dibayarkan saat keluar parkiran. Lanjut ke loket untuk beli tiket nonton Dilan 1990. Wekekekeke.. beli tiket harian berjaminan untuk tiga orang tujuan Stasiun Jatinegara pulang-pergi (PP) dengan membayar Rp 100 ribu. Kata embak-embak di loket, kartunya bisa ditukar uang kalau dikembalikan. Yaudah dengan gagah dan perkasanya padahal engga ngerti apa-apa karena baru kali pertama, saya iyain aja deh (malu).

gambar dari google (tiket saya yang harian berjaminan sebelah kiri bawah)

Setelah mendapat kartu, saya bagikan kepada ibu dan pasangan saya, lalu kami bertiga ke peron untuk menunggu kereta. Setelah kereta tiba, kami masuk gerbong campur alias bukan khusus perempuan. Gerbong khusus perempuan ada di bagian rangkaian kereta paling depan dan paling belakang. Ibu dan pasangan saya duduk, sedangkan saya berdiri bersama pria-pria macho dan tampan lainnya. Saya tiba-tiba ingat peribahasa: Duduk Sama Rendah, Berdiri Sama Tinggi. (SKIP)

suasana dalam gerbong kereta dari Stasiun Rawabuntu

Saya berangkat dari stasiun sekitar pukul 11.00 WIB. Keadaan di dalam gerbong tidak terlalu ramai namun ga dapat tempat duduk. Yang cewek-cewek aja yang duduk. Yaudah. Nikmati perjalanan, berhenti di beberapa stasiun, terpaan AC menyejukkan perjalanan kemarin siang yang cerah. Sesekali saya melihat diagram rute KRL yang nempel di sisi atap gerbong.

gambar dari google
Ternyata engga sesulit yang dibayangkan, apalagi kalau mengajak orang yang berpengalaman naik KRL jadi terasa aman dan nyaman, engga ngeri kesasar. Sebab kalau terlewat, salahkan saja dia! Kesan pertama naik KRL nyaman, bersih, adem, engga kena macet. Tapi emang dasarnya saya lebih suka motoran, jadi kayaknya bingung kalau harus berdiri lama atau duduk berdempetan dengan orang-orang. Meski nyaman, ada beberapa catatan yang mungkin bisa menjadi masukkan bagi pengelola KRL Commuter Line Indonesia.

Beberapa saran saya yakni adanya satpam di setiap gerbong, penambahan gerbong kereta atau mungkin rangkaian, karena nunggunya menurut saya masih lama. Saya sendiri mengalaminya di pengalaman pertama saya ini. Saya transit di Stasiun Tanah Abang untuk menunggu kereta ke arah Jatinegara. Saya menunggu sekitar 20 menit lebih di peron Stasiun Tanah Abang yang penuh sesak dengan penumpang tujuan lain. Ada yang ke Bogor, Angke, dan ada pula penumpang yang menuju luar kota yakni kereta api Bisnis Fajar Utama Yogyakarta.

Setelah menunggu sekitar 20 menit lebih, tepatnya pukul 11.52 WIB, kereta menuju Jatinegara tiba. Seperti biasa, cewek-cewek duduk, saya kembali berpose berdiri. Tiba di Stasiun Jatinegara sekitar pukul 12.49 WIB, saya langsung jalan-jalan di Jatinegara mencari Alpamart untuk beli minum.

Setelah puas berkeliling Jatinegara, ibu saya membeli duku, kami kemudian kembali menuju Stasiun Jatinegara untuk pulang ke Stasiun Rawabuntu. Saat itu pukul 15.00 WIB. Saya diberi tahu kalau lewat dari jam itu, gerbong bakal penuh sesak. Antar penumpang saling berdempetan seperti ikan kalengan dan cendol. Karena, berbarengan dengan jam pulang kerja karyawan kantoran yang biasanya pukul 17.00 WIB.

peta rute KRL Commuter Line

Ibu saya melihat kereta yang akan dinaiki dan berkata, "itu kereta kita, yuk buru-buru naik," ujarnya. Kami bertiga lekas menuju kereta itu tapi sempat mampir indomart sebentar buat beli minum. Tadinya mau beli Roti O cuma takut ketinggalan kereta, pasti akan terasa sesak di dada dan pedih kalau tertinggal kereta. Oh iya beli minum di indomart, gantian sama alpamart (bagi-bagi rejeki). Ohya Roti O itu apa ya? kepanjangan O itu apa ya? Orang? Oke? O donat?

Saat mau menyeberang rel, pak satpam menahan kami bertiga karena ada kereta lewat. Dan kereta yang lewat itu berhenti tepat di depan kami sehingga menghalangi langkah kami menggapai kereta arah Stasiun Tanah Abang. Kami pun panik dan sempat galau sembari menggigit duku yang tadi dibeli ibu saya.

Lalu saya pun punya ide menembus gerbong kereta! ya menembus gerbong seperti sulap-sulap itu. Pintu kereta yang entah arahnya kemana dan berhenti di depan kami terbuka, kami mohon izin pak satpam untuk menembus kereta itu kayak sulap dan menuju kereta kami. Ternyata berhasil. Kereta itu berhasil kami tembus dengan sempurna. Lalu kami langsung masuk gerbong kereta tujuan Tanah Abang dengan wajah ceria gembira dan penuh haru (sambil memegang dada dan mengusap-usap gerbong kereta dan dilihatin penumpang lain). Karena masih sepi, saya sempat duduk. Namun tak berapa lama, ada orangtua yang membutuhkan kursi, saya berdiri dan memberikan tempat duduk saya beserta sandarannya ke orangtua itu. 

Nah ada kejadian yang bikin saya prihatin dengan penumpang kereta. Ada anak-anak usia SMP atau SMA yang tidak memberikan tempat duduk bagi orangtua nenek-nenek dan kakek-kakek dengan tongkat. Padahal jelas-jelas ada stiker di kaca gerbong yang meminta penumpang memberikan kursi kepada yang lebih membutuhkan. Saya menjadi gemas dan ingin kembali mengigit duku hingga bijinya, tapi tidak jadi karena bijinya duku itu pahit!

Tak hanya itu, ada pula penumpang yang hendak naik kereta namun tidak mempersilakan penumpang yang di dalam gerbong untuk keluar lebih dulu jadi memaksa masuk. Luar biasa! Menurut saya kurang tertib dan tidak sabaran banget yah. Tapi mungkin itu semua sudah menjadi pemandangan biasa bagi para penumpang KRL sehari-hari.

Oh iya, saya juga merasakan laju kereta pas berangkat agak lambat dibanding saat pulang. Karena dari Stasiun Jatinegara lalu transit di Stasiun Tanah Abang itu terasa keretanya nge-gas dan cepat (arah pulang). Tiba di Stasiun Rawabuntu, saya kemudian mencari embak-embak loket dan mengembalikan kartu tiket. Ternyata berbeda embak-embaknya sudah berubah jadi mas-mas. Saya kemudian diberi uang Rp 30 ribu. Berarti tadi bertiga Rp 70 ribu ya? Seorang kena Rp 23 ribu sekian. Belum ditambah parkir motor jadi nyaris Rp 30 ribu untuk satu hari perjalanan pulang pergi dengan KRL. Mahal juga saya pikir. Sebab dengan Rp 30 ribu itu saya dapat 3 liter bensin kerang super dan bisa dipakai untuk 3 hari. Mungkin inilah alasan orang-orang masih enggan ke transportasi umum.



Jadi saya memutuskan kembali mengendarai sepeda motor saja tentunya dengan tertib berlalu lintas dan taat rambu-rambu aturan di jalan raya. Tapi tidak menutup kemungkinan saya akan beralih ke transportasi umum kalau nyaman, aman, murah, dan waktu tunggunya tidak lama. Semua kembali ke pilihan masing-masing.

Sekian sharing pengalaman pertama saya naik KRL Commuter Line dari Stasiun Rawabuntu ke Jatinegara dan sebaliknya. Kalau ada trip berikutnya dengan KRL saya tetap mau, apalagi kalau tiketnya dibayari hehehe..

Mungkin masbro dan mbaksis mengalami yang berbeda, bisa sedikit bercerita di kolom komentar. Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan saya. Peace (Bonijaka)


Kamis, 15 Februari 2018

Hadiah Terbaik, Terpenting, dan Bermanfaat di Hari Valentine

Selamat pagi menjelang siang masbro dan mbaksis.. Rabu, 14 Februari 2018 kemarin laba alias keuntungan petani bunga, petani cokelat, pabrik cokelat, dan pengrajin boneka melonjak tajam. (sok tau mode:on). Soalnya kan Valentine atau Hari Kasih Sayang.

Gimana enggak? tiap lagi hang out ke indomart atau alpamart pasti ada aja kaum Adam khususnya, yang sibuk membeli cokelat. Untuk apa? ya untuk dibakar dan diisap seperti rokok, kan Djarum Cokelat! hehehehe (SKIP).

Mereka membeli cokelat untuk orang yang disayangi, yang engga disayang yah enggak dikasih cokelat dan malah dimintai uang buat beliin cokelat untuk orang lain yang disayangi. Jadi ribet yah. Bunga dan boneka pun demikian. Macem-macem bunga yang dijual saat Valentine mulai dari mawar, melati, semuanya indah. Kalau boneka biasanya yang paling laku adalah beruang namanya tedi.

Nah karena saya orangnya macho dan biker banget, jadi kita lupakan saja cokelat, bunga, dan bonekanya untuk dikasih ke orang yang spesial. Sebab ternyata di balik manisnya cokelat, indahnya bunga, dan lucunya tedi, ada kado valentine yang sangat bermanfaat dan berkhasiat untuk diberikan ke pasangan kita, khususnya dari cowok ke ceweknya, anak ke ibunya, suami ke istrinya, dan sebagainya pokoknya ngasih. Apakah hadiah itu? Helm! apa? Helm! Kok helm?

itu kresek SNI, bukan helm SNI, contoh yang salah, jangan ditiru
 Tuh kan bener.. di hari valentine harusnya kasih helm. Mosok kresek entah indomaret atau alpamart dijadiin pelindung kepala kayak helm. Ga baik itu. Ooh, jangan-jangan itu kresek habis beli cokelat tadi. Cokelatnya dimakan sendiri, kreseknya jadi hadiah valentine. Hehehe.. Tapi ternyata engga gitu juga. Ada yang sudah bener ngasih kado valentine berupa helm buat ceweknya yang suka naek motor entah itu mengendarai atau cuma dibonceng. Tapi jangan tanggung-tanggung dong kalau kasih helm. Dijelasin juga cara pakai yang benar dan fungsi-fungsinya apa. Biar engga asal pake dan jadi bahan lawak. hahaha...
bu/mbak..! itu mukanya eh helmnya kebalik..! yaah 
Atau ada lagi yang lebih parah, mungkin pasangannya suka berdesis kayak gas, jadilah helmnya dibikin warna ijo gas melon sampai ke visor (kaca helmnya) juga. Terus apa yang mau dilihat si pengguna helm gas melon itu coba? Wekekekekekeke...

helm mirip gas melon
Nah, gimana masbro dan mbaksis? hadiah valentine yang saya usulkan bermanfaat dan berkhasiat kan? Cokelat cepat habis kalau dimakan dan dicerna perut, bunga dua atau tiga hari layu terus dibuang, boneka juga bakal kotor dan diminta adik atau sepupu kita yang masih kecil. Terus kalau helm? sangat berguna dan bakal terpakai terus buat melindungi kepala kita dari benturan dan debu yang menyusup ke mata. Kalau kepala aman terlindung (meski tidak 100 persen karena helm hanya mengurangi dampak benturan), kita bisa menikmati cokelat, bunga, dan boneka bersama pasangan. Beli cokelatnya 1 berdua aja, karena mahal dan bisa bikin gigi bolong, saya sendiri contohnya. Hehehehehe... semoga terhibur dan semakin sadar pentingnya berkendara sepeda motor yang aman dengan menggunakan helm terpasang sempurna di kepala. Peace (bonijaka)

Rabu, 14 Februari 2018

Sekring Meleleh Kayak Eskrim

Mati listrik di rumah saat asik makan ikan mas yang banyak durinya, itu pasti ngeselin. Tapi masih bisa diakalin dengan senter atau lampu petromak buat suwir-suwir daging ikan mas dari duri. Nah, kalau yang mati listrik itu motor sampeyan saat lagi asyik riding dini hari gimana? Panik? nangis di pojokan kamar mandi SPBU? beli nasi goreng di abang-abang yang bukan langganan? nyanyi di tengah hujan sambil memutari pilar? Saya juga pernah lho. Tapi saya engga sampe panik dan seterusnya tadi itu, paling hanya gemas dan membeli tahu bulat yang digoreng dadakan 500an.

Yap serius, saya pernah ngalamin listrik mati saat mengendarai Si Blao. Si Blao adalah julukan saya buat motor saya Yamaha Jupiter MX 2014 warna biru. Blao adalah obat penyakit gondongan. (ga penting sih). Dan penyebabnya sangat tidak terduga yaitu sekring berpulang alias mati. Benda imut itu letaknya kalau di Jupiter MX 2014 adanya di bawah jok dekat aki. Dia dilindungi plastik putih solid.

gambar dari google elangjalanan.net

Gejala sekring berpulang yang saya rasakan adalah motor tersendat-sendat seperti kekurangan bensin tapi enggak ngempos. Tarikan motor jadi berat dan lampu utama depan serta di speedometer redup terang redup terang mirip lampu disko. Pertama saya kira aki yang bermasalah, tapi kan baru beli dan belum ada setahun saya pakai, klakson pun normal dan electric starter masih berfungsi normal. Lalu bensin tidak mungkin, karena masih setengah. Untungnya kejadian itu saya alami dekat rumah jadi bisa segera saya coba-coba cari sendiri penyebabnya. Apa karena CDI juga yah? masih bingung campur penasaran.

Langsung dibongkarlah sayap kanan kiri dan tebeng depan blao. Saya cek kabel-kabel CDI, kabel ke arah spul, kabel aki, dan kabel massa bodi, semua sehat dan masih anteng di tempatnya. Lalu saya iseng lihat bawah jok dan membuka selubung sekring. Benar saja, sekring tewas dengan kondisi memprihatinkan. Meleleh!

sekring meleleh bikin kelistrikan motor ngadat

Beruntungnya, ada sekring cadangan dengan ukuran sama 10 ampere yang disediakan juga di bawah jok motor. Jadi tinggal clep tancapkan ke tempat sekring putus tadi yang telah dilepas lebih dulu. Langsung tes stater dan lampu, semuanya kembali normal tanpa redup terang lagi. Ohya masbro dan mbaksist penunggang motor jangan mengganti ukuran standar sekring menjadi lebih besar atau kecil ya? sebab efeknya justru merugikan. Sebagai contoh sekring untuk motor saya tertulis 10 ampere, kalau diganti yang lebih besar, bisa korslet karena fungsi sekring adalah berkorban dengan memutus kawat di dalamnya jika tegangan listrik di motor berlebih. Nah kalau amperenya lebih besar, dia tidak akan putus dan berbahaya bagi kelistrikan motor kita. Sekring lebih kecil juga gitu, lebih cepet putus mulu padahal baru juga jadian nyambung sebentar. Harganya juga murah kok mulai dari Rp 1000 sampai Rp 2000 per keping sekring 10 ampere. Berbeda ampere, beda pula harganya.

So, kesimpulan dari tulisan saya kali ini adalah, selalu cek kendaraan kita sebelum dipakai apalagi untuk jarak jauh ke luar negeri. Wekekek.. sediakan sekring cadangan. Semoga bermanfaat. (bonijaka)

Riding Berboncengan Naik Suzuki GSX-R 150 MINJEM

Salam laper di siang hari. Hehehehe.. Musim ujan biasanya suhu udara sekitar jadi dingin terus pengen cari yang anget-anget. Nah berboncengan di atas motor juga anget lho!
GSX-R 150 berboncengan

Intip aja foto di atas, saat saya menjajal sepeda motor sport fairing produksi Suzuki yaitu GSX-R 150. Kalau mengulas motor sambil riding sendiri itu udah biasa. Review motor sambil boncengan dengan pasangan, juga udah wajar. Nah, saya bakal cerita-cerita pengalaman pribadi saya berboncengan naik motor sport fairing nungging sama teman cowok. Asli cuma teman lho! engga lebih. Sumpah. Namanya bro Mamet. 

Di sini saya engga akan bahas teknis seperti power, konsumsi bbm, bantingan shockbreaker, limiter RPM dan tentang mesin. Saya murni ingin membahas rasanya boncengan naek motor dengan cowok posisi bungkuk ini. Rasanya boncengan anget gak bon? Angetlah! Kan hawa mesin DOHC 150cc si GSXR ini agak-agak kerasa ke kaki dan paha saya. Mungkin karena efek fairing bagian dalam sehingga hawa panas mesin ketiup ke paha dan sekitarnya. Tentu saja anget-anget ini kerasa pas macet (ngeles). Ya kalau boncengan sama pasangan yang beda kelamin pasti nyaman, hangat, dan merasa dicintai. Spesial gitu, ehem.. (OOT)

Yak dimulai dari mempersilakan teman naik di jok boncengers, langsung pose imut ala Cherrybelle. Ohya Cherrybelle sudah bubar ya? Sedih.. (SKIP)
fans CherryBelle

Tangan menjulur ke stang jepit underyoke alias di bawah segitiga atas langsung kerasa bungkuknya. Tinggi badan saya 176 sentimeter, kedua kaki saya dengan aman menjejak aspal dengan sempurna alias napak. Tapi joknya agak keras, bikin ngeri daging-daging peranti duduk (maaf: bokong/pantat) saya panas. Tidak boleh mengeluh, kan minjem gratisan.   

Lanjutt..tekan tombol starter electric di panel stang sebelah kanan yang gambar petir dan mesin menyala dengan suara yang halus. Ohya kuncinya mana?! Panik. Eh taunya dikantongin sama boncengers saya. Maklum motor GSX-R 150 yang saya pakai sudah keyless alias tanpa anak kunci. Canggih. 

Tarik tuas kopling, cletek masuk gigi satu, buka gas perlahan dan ulur tuas kopling perlahan lalu jalan. Tujuan riding berboncengan kali ini adalah sebuah gedung di pinggir Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Kami (saya dan motor dan boncenger) berangkat dari daerah Tangerang Selatan. Untungnya saya riding dengan GSXR hari Minggu siang. Jadi jalanan enggak seberapa brutal (macetnya), namun banyak janur kuning kondangan tumbuh subur di setiap tiang listrik.

Bener-bener agresif rasanya dan siap nantangin balapan siapa aja yang berdekatan termasuk tiang listrik tadi, rambu-rambu, serta spanduk jualan rumah yang ngaku murah. Perpindahan gigi di motor ini saya urut naik per 20 kilometer per jam. Gigi 1 cuman berani sampe 20 kilometer per jam, gigi 2 sampe 40 kilometer per jam, gigi 3 sampe 60 kilometer per jam dan seterusnya. Ga berani ngebut karena motor pinjaman. Ditambah ada beban boncenger di belakang yang bobotnya sekitar 55-an kilogram lebih dikit. Orangnya kurus, tapi berasa berat. aneh..

Tenaga tersalur halus dan mengisi sejak bukaan gas diurut perlahan dan lembut. Yang harus dibiasakan adalah saat selap selip di kemacetan. Karena kalau yang tidak terbiasa dengan fairing dan spion lebar, pasti kagok. Terutama saya yang biasa pakai motor bebek kalau belokin stangnya, lampu ikut belok. Nah ini stang belok tapi fairing dan speedometernya kagak ikut belok alias tetep lurus. Tapi lama kelamaan bakal terbiasa dan nyaman kok (coba menghibur diri). Ohya, punya motor fairing tapi kaca spion dilipat mah payah! mending pulang aja sana! belajar lagi naik motor dan ikut ujian SIM yang bener! jangan nyogok!  

Lanjuut, rute yang saya lewati adalah Pamulang, Ciputat, Pondok Indah, Gandaria, masuk Hang Lekir, Senayan, Semanggi, Gatot Subroto. Jarak tempuh sekitar 35 kilometer. Setibanya di Gatot Subroto boncenger yang juga pemilik motor bertanya ke saya. Apa kabar bon? Sehat? Dengan wajah tertawa kecil. Saya hanya tersenyum manja sambil mengusap-usap pantat dan mengibas tangan yang pegal karena posisi riding yang nunduk ditambah busa jok yang keras.

Ohya ada kejadian lucu saat berboncengan dengan si GSX-R150 ini. Posisi duduk boncenger lebih tinggi dari rider alias nungging menjulang. Jadi saat melewati jalan dengan pohon yang rindang alias rantingnya agak rendah, bro Mamet terkadang seperti ditabok dan kemudian tersangkut di pohon wekekekekeke.. 

Kesimpulannya, motor Suzuki GSX-R 150 ini tenaganya enak di putaran atas, tapi pegel bagi saya pribadi. Entah faktor usia atau karena kurang makan, pergelangan tangan seperti kebas, selangkangan kesemutan kayak kelamaan duduk bersila, dan daging pantat kram seperti tebal mati rasa. Jadi kalau dicubit ga kerasa. Soal bentuk, motor ini keren, langsing, dan aman buat rider yang tinggi badannya biasa saja alias tidak jangkung, karena kakinya masih bisa menapak sempurna. 
Kaki rider menapak sempurna, posisi duduk boncenger lebih tinggi dari rider

Terakhir, Suzuki GSX-R versi anak kunci baru saja dirilis. Jadi pengen cobain juga. Mungkin rasa ridingnya beda dan engga bikin nyengir manja. Hehehe becanda sob, posisi riding dan sebagainya ga ngaruh antara versi keyless dan versi anak kunci. Bedanya cuma di kuncinya itu aja. Peace (bonijaka)

Senin, 12 Februari 2018

Ban Motor Ternyata Juga Bisa Hamil!

ban motor mbelendung hamil
Ibu, aku mual dan muntah-muntah, jangan-jangan aku positif hamil! DHUAAARRRR..!!! ya itu penggalan sinetron saat adegan anaknya masih SD tiba-tiba bilang gitu ke ibunya. Si ibu bakal kaget karena anaknya masih SD belum juga matang sel-sel telur untuk reproduksinya udah bilang gitu. hehe (SKIP)

Mas-mas dan embak-embak sekalian penunggang motor sebagian pernah ngalamin yang namanya ban mblendung, bunting, hamil, benjol, daging lebih, dan bermacam istilah lainnya suka-suka sih. Beruntunglah kalian, karena saya juga pernah mengalaminya beberapa kali.

Kejadian saya alami tiga kali di 2014, 2015, 2016. Berturut-turut pula *tepokjidat tetangga. Ohya sebelumnya ini bukan menjelekkan suatu produk, tapi bisa jadi cara pakai salah, kondisi aspal, dan sebagainya. Jadi ini murni sharing pengalaman saya menggunakan merek-merek ban yang beredar di pasaran Indonesia.

Di 2014, saya beli ban belakang Michelin Pilot Street ukuran 90/80 Ring 17. Saya beli di sebuah toko ban di kawasan Fatmawati, Jaksel. Lalu isi angin nitrogen 35psi. Awal dipakai enak, kemudian setelah pemakaian sekitar 5 bulan, muncul tanda-tanda retak di dinding ban dan alur ban. Kebetulan jarak rumah dan kantor saya 35 kilometer sehingga PP 70 kilometer. Itu belom ditambah ngayap dan touring luar kota.

Saya pikir mungkin karena aspal panas jadi retak-retak. Padahal setiap cuci motor, bagian ban selalu disikat tanpa disemir ban sesudahnya. Saya ga suka semir ban karena licin dan berbahaya (wajah serius). Lalu lama kelamaan jadi benjol-benjol. Engga cuma satu, banyak jo! Motor berasa geol geol di bagian belakang saat dibawa di aspal mulus dan mempesona. Akhirnya setelah ada rejeki dengan meminta uang orangtua, saya putuskan beli ban Pirelli Angel CiTy ukuran 100/80 Ring 17 buat menggantikan Michelin di velg belakang motor bebek saya New Jupiter MX 2014 berjuluk Si Blao. Ukuran velg masih standar 2.50 inch ring 17. Masih lurus putaran velgnya karena pernah dicek di bengkel ban mobil.


ban benjol Michelin

Lanjut ke Pirelli. Kayak biasa habis ganti ban saya isi nitrogen 35Psi dan rasanya enak keset dan empuk kayak dunkin donat baru diangetin. Saya lantas merasa bahagia dan puas. Namun kebahagiaan itu sirna setelah 7 bulan pemakaian tepatnya setelah touring dari Yogyakarta. Ban kembali retak-retak dan benjol-benjol sesuka hati. Saya pun sedih lalu pergi ke pojokan kamar dan merenungi nasib ban motor saya yang kembali benjol. Ohya ban depan saya juga benjol. Untuk karet bundar depan motor saya pakai Aspira Premio Sportivo ukuran 70/80 Ring 17. Jadilah kesedihan saya bertambah.

Saya sempat konsul dengan mekanik bengkel, tukang tambal ban, teman sepermainan, bikers, tukang gorengan, dan lain-lain. Bermacam informasi saya dapat. Saking banyaknya, saya sampai bingung. Mulai dari yang bilang velg speleng alias ga lurus, laher atau bearing roda belakang udah ga center, salah setel rantai, cara bawa gas rem yang salah, isi angin nitrogen, shock belakang udah ga main, beban boncengan terlalu berat, sering ngerem sampe sliding, ukuran ban ga sesuai sama velg, dan sebagainya. Hmm bingung. Mungkin nanti mas dan embak yang baca blog ini bisa nambahin di kolom komentar.

Akhirnya saya kembali memutuskan mengganti ban belakang motor saya yang Pirelli dengan ban merek lain yaitu Maxxis 3D Diamond ukuran 100/70 ring 17. Nah kali ini saya engga ngisi nitrogen, tapi dengan angin biasa. Ya kalau di SPBU Shell itu ada angin gratisan. Nah di situ saya rajin isi dengan ukuran tekanan angin ban yang sama seperti saat pakai nitrogen yaitu ban belakang 35psi dan depan 32psi.

Ban Maxxis sudah saya pakai 4 bulan sejak beli Oktober 2017. Begitu pula ban depan saya pakai Duro ukuran 80/70 Ring 17 untuk menggantikan Aspira Premio yang benjol dengan indahnya. Ya kita lihat saja semoga engga sampe benjol lagi dengan menggunakan angin biasa dan rutin mengecek tekanan angin ban minimal seminggu sekali.
Maxxis dengan angin biasa ukuran 100/70 R17 di Velg 2.50 inci

Ohya untuk review Maxxis (belakang) dan Duro (depan) mengenai impresi pemakaian awal dan bentuk alur bannya bakal menyusul. Karena baru 4 bulan pakai dan belum ada gejala retak dan benjol. Maxxis ini saya isi angin biasa, bukan nitrogen, begitu pula dengan ban depan Duro. Maxxis setahu saya ban asal Malaysia. Lalu ban depan Duro saya itu asalnya dari Thailand. Peace (bonijenaka)

Anjaay... Ada Pisang Segede Helm KBC V-Euro!

Hahahaha.. untuk yang kepo (kepengen tao) sama pisangnya pasti bakal langsung kaget dan mengira editan. Sumpah broh, itu asli gede banget. Jadi ceritanya gini, saya pulang kerja shift sore sampai di rumah sudah larut malam kemudian tidur sendiri, lalu bangun pagi gosok gigi, cuci muka, dan membersihkan tempat tidur (SKIP). Bangun pagi langsung lihat pisang sebesar helm tergeletak indah di meja dapur rumah.

Awalnya saya mengira itu pisang editan, mosok segede itu? Lalu saya pegang dan saya cubit pipi tetangga, eh ternyata beneran alias bukan mimpi! Akhirnya mata yang sepet kayak salak mentah berhias belek dikit, jadi seger terbelalak dan melek maksimal. Saya buru-buru tanya ke ibu saya ini pisang apa bu namanya? "engga tahu, dikasih orang," jawab ibu saya dengan lantang sambil mengunyah gorengan.

Soooo... kesimpulannya, apapun yang dikasih orang meski kita ga tau namanya yaudah terima aja meski itu sakit dan bikin galau (baper). Lalu, iyain aja jawaban ibu kita karena surga ada di telapak kakinya khaan.

Pasti pada bete lihat judul di atas kenapa pisang dan helm KBC V-Euro? pamer gitu? engga juga (sedikit pamer iya), kebetulan pisangnya bisa bersanding mesra dengan helm KBC V-Euro yang cangkang alias Shell-nya lumayan gede menurut saya.

Nah, abis sesi foto, pisang tersebut kemudian disimpan kembali. Tidak ada perlakuan kekerasan terhadap buah pisang. Palingan cuma digoreng dengan dibalut tepung, lalu dimakan bersama tetangga yang dicubit tadi. Sehingga moral dari tulisan saya di blog ini yaitu, pisang adalah buah. Dia bisa segede helm, segede remote televisi, segede apa saja macam-macam terserah pisang. Kita ga bisa komentar mencampuri ukuran pisang.

Mohon maaf kalau ada salah kata dan tindak kekerasan seperti mencubit tetangga, serta kalau gambarnya memakan kuota internet para pembaca sekalian yang budiman. Kita lanjut lagi deh di blog berikutnya dan membahas hal lain yang lebih kekinian. Peace (bonijaka)

sebagai bonus: foto pisang dikasih orang dan pisang beli sendiri.